April 13, 2025

Bengkulu – Kondisi alur Pelabuhan Pulau Baai kini berada di titik kritis, pendangkalan yang terus terjadi membuat jalur transportasi laut di kawasan semakin sulit dilalui. Pengerukan yang dilakukan pun dianggap tidak memadai, lantaran hanya menggunakan ekskavator dan pompa sederhana yang jauh dari standar pengerukan pelabuhan profesional.

Hal ini berdampak serius terhadap aktivitas pelayaran, khususnya bagi warga Pulau Enggano yang sangat bergantung pada transportasi laut sebagai satu-satunya akses keluar-masuk pulau.

Penumpukan pasir di alur pelayaran membuat kapal-kapal kesulitan berlayar, mulai dari kapal penumpang, kapal barang, hingga kapal nelayan. Bahkan, beberapa kapal dikabarkan kandas akibat kedangkalan ekstrem.

Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bengkulu, Aris Bariang, menyampaikan keprihatinannya dan mendesak Pelindo untuk bertindak cepat dan tepat.

“Situasi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kedalaman alur hanya nol koma sekian meter, kapal besar pengangkut batubara, kontainer, bahkan kapal nelayan pun tersangkut,” ujar Aris, Kamis (10/4/2025).

Dikataknnya, upaya pengerukan sejauh ini terkesan asal-asalan dan tidak menyelesaikan inti masalah. Ia menilai Pelindo perlu menunjukkan komitmen yang lebih nyata dalam mengatasi krisis ini.

“Ini menyangkut kelancaran distribusi logistik dan kehidupan masyarakat. Jika pelabuhan lumpuh, maka aktivitas ekonomi ikut terdampak,” tegasnya.

Aris juga memperingatkan bahwa jika masalah ini dibiarkan, bukan hanya warga Enggano yang akan terisolasi, tetapi juga distribusi barang kebutuhan pokok dan kegiatan ekspor-impor di Bengkulu bisa terhenti.

Ia menekankan pentingnya evaluasi terhadap pengelolaan Pelabuhan Pulau Baai secara menyeluruh, termasuk kemungkinan melibatkan pemerintah daerah dalam pengawasan dan pengambilan keputusan.

“Sudah cukup wacana. Saatnya bertindak tegas. Jangan biarkan Bengkulu terus menanggung kerugian akibat pengelolaan pelabuhan yang tidak maksimal,” pungkasnya. (Jeli)